AddMe - Search Engine Optimization

22 April 2008

Manajemen Pengendalian Cendawan dan Bakteri Patogen pada Tanaman

Penyakit tanaman dapat berkembang dan menyebar bila kondisi seperti suhu dan kelembaban memenuhi syarat untuk berkembang, selain itu kondisi tanaman dan teknis budidaya juga berperan.

Penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman yaitu bakteri dan cendawan. Bakteri dan cendawan cenderung berkembang pada lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi (>80%), dimana bakteri berkembang pada suhu tinggi (>28oC), sedangkan cendawan pada suhu rendah (<22>

Tanaman yang mengalami stres rentan terhadap serangan penyakit, stres yang dimaksud dapat dikarenakan (1) penggantian media baru dan (2) penggenangan air di daerah perakaran dalam jangka waktu lama. Faktor lainnya adalah salah pemberian pupuk (konsentrasi pupuk yang kurang/lebih dan macam pupuk yang salah).

Pengaturan jarak tanam ataupun jarak antar pot tanaman di dalam membudidayakan tanaman juga mempengaruhi perkembangan dan penyebaran penyakit. Semakin rapat jarak antar tanaman memberikan resiko tinggi dalam penyebaran penyakit tersebut. Demikian pula dengan media tanam yang salah menentukan komposisi dan perbandingannya. Bila media tanam terlalu lembab dan kuat memegang air maka akan membuat akar tanaman membusuk yang dapat menjadi awal masuknya penyakit.

Solusi selain mencegah dengan menggunakan fungisida dan bakterisida adalah dengan cara kontrol lingkungan dengan membuat lingkungan sekitar tanaman mudah teraliri udara, mengatur penyiraman air, pemberian pupuk yang tepat (konsentrasi,macam pupuk), mengatur jarak antar tanaman dan membuat media tanam tepat komposisi dan perbandingan.
(Yudha Hartanto, MSi., diolah dari berbagai sumber)

14 April 2008

Tips Perkecambahan Benih

Teknik perkecambahan benih tanaman yang baik mempunyai dampak dalam menentukan keberhasilan benih untuk berkecambah. Kemampuan benih untuk berkecambah ditentukan oleh beberapa faktor kualitas benih, lingkungan media tanam, zat perangsang pertumbuhan (ZPT) dan serangan penyakit benih.

Kualitas benih terkait dengan proses pematangan benih dalam buah yang secara tidak langsung terkait dengan cara pemupukan dan penanganan pasca panen.

Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam perkecambahan benih, karena untuk mampu berkecambah benih memerlukan kondisi media tanam yang lembab. Kondisi lembab akan merangsang munculnya akar utama yang akan diikuti oleh pergerakan lain sampai menjadi bibit.

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan benih berkecambah dan waktu berkecambah lebih cepat, penggunaan zat pengatur tumbuh dapat dilakukan. Secara umum beberapa kasus perkecambahan meningkat sampai 100% dan benih dapat berkecambah lebih cepat 4 - 5 hari dari normalnya. Beberapa zat pengatur tumbuh yang dapat dipergunakan adalah Atonik (Polyphenol), Superthrive (Vitamin B-1+NAA), Liquinox Start B-1 (Vitamin B-1+NAA), Grow Quick Plus (Vitamin B-1+NAA), Sunerelin (GA-3).

Faktor lain yang sama pentingnya adalah mencegah serangan penyakit rebah bibit (Damping Off) yang utamanya disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. dan Phytium sp. Beberapa kasus dapat menyebabkan benih gagal berkecambah sampai 80 - 100%. Penyakit ini akan muncul dalam kondisi media tanam yang telah mengandung penyakit (media lama) dan kelembaban tinggi. Untuk mencegah penyakit rebah bibit ini dapat menggunakan fungisida protektan untuk benih seperti Previcur N (Propamocarb HCl), Topsin (Thiophanate), Vilan (Hexaconazole), Score (Difeconazole), Benstar (Benomyl), Daconil (Chlorotalonil)

Penggunaan secara bersamaan dengan zat pengatur tumbuh dengan cara dicampur (mix) contoh: Atonik 0,5 - 1 ml/L dicampur dengan fungisida Previcur 0,5 - 1 ml/L, kemudian benih direndam selama 15-20 menit, selanjutnya ditanam. Dapat pula dengan cara terpisah yaitu perendaman benih dengan zat pengatur tumbuh terlebih dahulu selama 15 - 20 menit, kemudian setelah benih berkecambah dapat disemprot dengan fungisida 1-2 kali seminggu.

(Yudha Hartanto, MSi., diolah dari berbagai sumber)

Sumber : http//www.godongijo.com

08 April 2008

Daun Salam Untuk Obat Asam Urat

Daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur. Pohon salam (Syzygium polyanthum) yang biasa tumbuh liar di hutan dan di pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter.Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Selain daun yang dipakai sebagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok, atau stek.

Menurut Prof Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat: Rempah, Rimpang, dan Umbi, pohon salam memiliki berbagai khasiat obat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pohon salam bisa dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.

Mengatasi asam urat yang tinggi, 10 lembar daun salam direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Mengatasi stroke, 10 lembar daun salam dan 50 gram jantung pisang dibuat masakan sesuai selera lalu dimakan.

Bagi penderita kolesterol tinggi, 7 lembar daun salam dan 30 gram daun ceremai direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Kemudian arinya diminum secara teratur. Untuk melancarkan peredaran darah, 7 lembar daun salam dan 30 gram daun dewa segar direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 350 cc. Lalu ramuan disaring dan diminum sebanyak dua kali sehari.

Mengatasi radang lambung, 30 gram daun salam, 30 gram sambiloto kering, dan gula batu secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Kemudian airnya diminum untuk dua kali sehari. Lakukan secara teratur.
Untuk obat diare, 7 lembar daun salam direbus dengan 200 cc air selama 15 menit, tambahkan garam secukupnya. Setelah dingin disaring lalu airnya diminum. Ramuan lainnya, 7 lembar daun salam, 10 lembar daun jambu biji, 10 gram jahe, dan 1 buah kulit delima putih, dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Tambahkan 200 cc air matang, disaring, lalu diminum.

Mengatasi gatal-gatal, daun atau kulit batang atau akar dicuci bersih lalu digiling hingga halus. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, kemudian balurkan pada bagian yang sakit.

Sebagai obat kencing manis, 7 lembar daun salam dan 30 gram sambiloto direbus dengan 600 cc air sampai tersisa 200 cc. Setelah dingin disaring lalu diminum untuk dua kali sehari.

sumber : http://www.purwakarta.org/index.php/2006/02/01/daun-salam-untuk-obat-asam-urat/

07 April 2008

Tumbuhan Menyambut Hangat

Makhluk hidup berdarah dingin perlu menghangatkan tubuh mereka untuk mendapatkan tenaga yang dibutuhkan untuk kegiatan apa pun. Keperluan ini dipenuhi dengan berjemur di bawah sinar matahari. Namun, menurut sebuah penelitian baru, diketahui bahwa serangga memiliki pusat pemanas yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup berdarah dingin lainnya. Sebagian serangga menghangatkan tubuh mereka di tempat yang hingga kini tidak diketahui: pada tumbuhan.

Roger Seymour, pakar biologi dari Universitas Adelaide, Australia, menyatakan bahwa sekitar 900 spesies tumbuhan diketahui menghasilkan panas di dalam bunganya. Panas ini, yang cara kerja pembangkitnya belum diketahui, menyebabkan tersebarnya aroma yang menarik perhatian serangga-serangga penyerbuk bunga. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Seymour dan rekan-rekannya di majalah Nature mengungkapkan bahwa panas ini juga dapat berperan sebagai perangsang bagi serangga-serangga penyerbuk. (1)

Para peneliti mengkaji tumbuhan Philodendron solimoesense, yang tumbuh di koloni Prancis Guiana dan diserbuki oleh serangga-serangga dari spesies Cyclocephala colasi. Para ilmuwan tersebut menempatkan alat kecil di dalam bunga-bunga tumbuhan tersebut, dan menemukan bahwa panas dihasilkan pada malam hari, 4°C lebih hangat daripada suhu di lingkungan luar. Panas ini menarik perhatian sejumlah kelompok serangga ke arah tumbuhan.

Kelompok peneliti itu lalu berpindah ke penelitian tentang pemenuhan kebutuhan energi serangga-serangga tersebut, dengan menggunakan respirometer - sebuah alat yang mencatat energi yang digunakan oleh serangga. Dengan menempatkan serangga-serangga tersebut ke dalam alat ini, para peneliti menemukan bahwa seranga-serangga itu membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga agar tubuh mereka tetap hangat ketika berada di luar tumbuhan. Seekor serangga yang menghangatkan tubuhnya di malam hari di luar tumbuhan menghabiskan energi dua hingga lima kali lebih besar daripada seekor serangga di dalam bunga.

Seymour menyatakan bahwa serangga-serangga kecil seperti C. colasi membayar "harga sangat mahal" agar tetap hangat, sebab mereka kehilangan panas dengan sangat cepat. Berkat tumbuh-tumbuhan penghasil panas ini, serangga-serangga tersebut dapat mengalihkan lebih banyak energi untuk keperluan makan dan berkembang biak. Tumbuhan ini menyediakan lingkungan yang sedemikian nyaman dan berguna bagi serangga-serangga itu sehingga mereka menghabiskan 90% waktu mereka dalam kehangatan bunga-bunga.

Perilaku saling memberi di antara tumbuhan dan serangga memperlihatkan satu contoh mengagumkan tentang kerjasama. Ringkasnya, sebuah tumbuhan yang tak mampu berpindah dari tempatnya membutuhkan sebuah kendaraan untuk mengangkut serbuk sarinya ke tumbuhan lain. Kebutuhan ini dipenuhi oleh serangga yang bertindak persis layaknya mobil angkutan pengiriman barang. Sebaliknya, serangga menemui kesulitan untuk menghangatkan tubuhnya di malam hari. Di saat suhu turun, serangga harus menghabiskan sebagian besar energinya untuk mengatasi perbedaan suhu ini.

Pada titik ini berlangsunglah sebuah proses yang memenuhi kebutuhan kedua makhluk hidup tersebut: Sang tumbuhan menaikkan suhu tubuhnya sebesar kira-kira 4°C lebih hangat daripada suhu lingkungan sekitar di malam hari. Ini dimungkinkan oleh pengaturan khusus pada fisiologi tumbuhan tersebut.

Akan tetapi, bagaimana perilaku menghangatkan tubuh ini muncul untuk kali pertama? Dengan kata lain, apakah yang memicu proses fisiologis dari peristiwa ini? Mampukah sang tumbuhan berpikir untuk menarik perhatian serangga dalam rangka memenuhi kebutuhannya, dan meneliti fisiologi serangga dalam hal kebutuhannya akan panas dan memahami bahwa menyediakan panas bagi serangga di malam adalah cara yang cerdas? Sudah pasti, tidak. Tumbuhan ini bahkan tidak memiliki otak untuk berpikir hal apa pun. Oleh karena semua ini tidak mungkin dapat dirancang oleh tumbuhan sendiri, maka sudah pasti terdapat kecerdasan mahahebat yang melakukan perancangan itu. Kecerdasan mahatinggi itu sudah pasti milik Allah Yang Mahakuasa. Allah menjadikan tumbuhan dan serangga ada, dan melengkapi keduanya dengan kemampuan untuk saling memenuhi kebutuhan di antara mereka. Dia menciptakan hubungan kerjasama semacam itu yang jumlahnya tak terhitung dan menjamin kehidupan di alam agar senantiasa berjalan dalam keselarasan. Dialah yang memenuhi segala kebutuhan makhluk hidup. Sebaliknya, Tuhan kita Yang Mahakuasa tidak membutuhkan apa pun sama sekali.

Sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur'an:

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlaash, 112 :1-4)

02 April 2008

Plumeria: Tips Perawatan

Perawatan tanaman Plumeria secara umum tidak sulit, tips perawatan tanaman hias ini sebagai berikut:

A. Penyiraman

Musim kemarau 1 – 2 hari sekali
Musim hujan 3 – 4 hari sekali
Sebaiknya penyiraman dilakukan pada waktu pagi hari (06.00 – 09.00)


B. Pemupukan

Pupuk Aplikasi Siram Utama (PASU): Grow More/Hyponex 20-20-20, Rapid Gro 30-10-10, dengan konsentrasi dan waktu pemberian: 0,75 – 1 g/L diberikan 1x seminggu atau diberikan 2x seminggu bergantian dengan pemberian Growmore 6-30-30/Hyponex 10-40-15, Rapid Gro 15-30-15, dengan konsentrasi 0,75 – 1 g/L.
Pupuk Slow Release (Lambat Urai): Dekastar/Osmocote ½ - 1 sendok teh per pot diameter 15 cm dengan pemberian ulang per 3 bulan sekali.
Apabila media tanam masih basah, pemberian pupuk dapat dilakukan melalui penyemprotan ke daun (utama bagian daun bawah) dengan konsentrasi setengah dari yang disarankan.


C. Pencahayaan
Langsung (direct light).


D. Suhu dan Kelembaban
Suhu yang diperlukan 25 – 30oC, dengan kelembaban 60 – 70%


E. Pergantian media dan pot
Untuk media tanaman pot (pot plant) media dapat diganti setiap 6 bulan sekali, sedangkan pot tergantung dengan ukuran tanaman.


F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama: Spider Mites, Kutu Perisai, Aphid, Mealybugs (Demiter/Kelthane/Curacron 0,5 – 1 ml/L) merupakan hama yang selalu munculpada musim kemarau.
Penyakit: Karat Daun (Rust), merupakan penyakit yang timbul dalam kondisi kelembaban tinggi dan dalam curah hujan yang tinggi (Score/Daconil/Vilan 0,5 – 1 ml/L; Dithane M45/Bayleton 0,5 – 1 g/L).
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan 1 kali seminggu atau per 2 minggu, bila terdapat gejala di daun, maka segera dilakukan langkah pemotongan pada bagian daun tersebut untuk mencegah penyebaran penyakit melalui percikan air.

Sumber http://www.godongijo.com/


01 April 2008

Manajemen Penyiraman Air pada Tanaman Pot (Pot Plant)

Air memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Sejak benih berkecambah, tumbuh dan berkembang dewasa, tanaman memerlukan air baik dalam bentuk penyiraman air biasa ataupun disertai pupuk dan pestisida.

Kebutuhan air pada spesies tanaman berbeda tergantung dari habitatnya. Mengacu dari habitat aslinya maka dapat ditentukan seberapa banyak penyiraman tanaman dilakukan. Sebagai contoh tanaman dari tempat kering (Arid) seperti tanaman Adenium, penyiraman pada tanaman pot pada musim kemarau setiap 2 – 3 hari dan musim hujan setiap 3 – 4 hari. Namun keputusan berapa banyaknya penyiraman juga harus mempertimbangkan macam media tanam dan ukuran pot. Semakin porus media tentunya jarak penyiraman berikutnya dapat diperpendek dan ukuran pot, demikian pula volume pot yang besar jarak penyiraman dapat diperpanjang. Bahkan pada kasus tanaman yang berukuran bonsai dengan pot yang bervolume besar, penyiraman dapat dilakukan setiap 5 hari sekali.

Penyiraman air yang berlebih pada tanaman tentunya memberikan dampak yang buruk bagi tanaman. Sebagai contoh kasus seperti pada tanaman Aglaonema, pemberian yang terlalu banyak dan sering pada musim hujan/kondisi yang lembab (>80%) maka akan muncul kasus penyakit bacterial soft rot (busuk basah) pada daun yang disebabkan bakteri Erwinia sp, juga pada kasus yang sama pada Anthurium, akan muncul kasus bacterial leaf spot (bercak daun) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp.
Demikian halnya pada penyiraman air yang kurang, tentunya akan membuat bagian pinggir daun mengalami kerusakan (nekrosis) dan menjadi layu.
(Yudha Hartanto, MSi., diolah dari berbagai sumber)