AddMe - Search Engine Optimization

27 Februari 2008

Care Instructions for Adenium

When you receive your Adenium, it should be potted up into cactus mix immediately and watered in. We suggest a top dressing of a small gravel to help keep even moisture levels in the soil and to prevent soil erosion when watering. Adeniums love hot, humid weather and will grow and flower tremendously when the temperatures are over 90°. Here in the arid southwest, we can water practically every day, as long as the plants get excellent light. In most other places of the country, two to three times a week watering should work well, although they will survive, but not grow, on much less. For plants in 10 inch pots or larger, they can be put right out into full sun, but smaller ones should have light shade. Filtered light and good air movement all day long is ideal for plants of all sizes. Fertilizing should only be done early and midway during this growing season, with half strength regular house plant food. Only fertilize a healthy, actively growing plant. Poor growth is almost always a sign of poor growing conditions.

Clay, plastic or stoneware pots can be used, but there must be a drainage hole. A well drained cactus soil should be used. This can easily be obtained at your local nursery or Home Depot or K-Mart. Adeniums are stem succulents, so the thickened stem is usually a very beautiful aspect of the plant. When potting up, I usually remove an inch or two of soil, to expose more of the interesting, thickened stem base.

All Adeniums need protection from cold. When the night temperatures start to dip into the 40's, it is time to bring them indoors, or under a porch roof in warmer areas. At this time, watering should be cut back to about once every 4-6 weeks on 6-10" potted plants and no water at all on anything larger. On smaller than 6" pots, once every two to three weeks should suffice. At this time, most Adeniums will lose their leaves until warming temperatures in spring. When new leaves appear, ease into a full watering schedule for summer.
With this method, there is virtually no place where Adeniums can not be grown.

25 Februari 2008

Aglaonema Impor Tiap Lembar Daun bisa Berharga Ratusan Ribu

Tak kalah menarik dengan tanaman anggrek yang kini sedang tren, aglaonema, tumbuhan berbintik variasi warna mampu mendobrak pasar tanaman hias. Tanaman lokal yang banyak dikembangkan di Thailand ini dijual dengan harga sampai puluhan juta rupiah. Makin langka jenisnya, harganya makin tinggi.


“Sri Rejeki” sapaan akrab aglaonema terdiri dari berbagai jenis, diantaranya, big mama, legancy, sweet heart, red aurora, red rury, red mascot, lady velentine, pride of Sumatera, donna carmen, dan masih banyak lagi jenis yang lainnya. Semua jenis sri rejeki ini memiliki harga jual tinggi. Namun bagi penggemar tanaman hias, bukan suatu masalah jika harus mengeruk uang hanya untuk membeli aglaonema. Tanaman ini kerap diletakkan di ruangan.
Ani, ibu yang hobi mengoleksi tanaman aglaonema menceritakan, “Ada daya tarik tersendiri dari aglaonema. Tanaman ini seperti memancarkan aura dan kharisma. Orang yang datang pun merasakan hal yang sama.” Karena bentuk dan warna cantiknya, tanaman ini lebih banyak disukai remaja putri dan ibu rumah tangga.
Panji Lasho mengakui hal itu. Sejak delapan bulan terakhir, penjualan aglaonema makin meningkat. “Sekarang tren berubah. Bahkan anggrek kalah saing. Tak hanya untuk tanaman hias dalam ruangan, tanaman ini juga digunakan sebagai hadiah ulang tahun,” ujar Panji Lasho, pengusaha tanaman di Buleleng.
Aglaonema bukanlah tanaman yang baru dikembangkannya. Sebelum menjadi tren, dua tahun lalu, Panji Lasho sudah tertarik dengan tanaman itu, dengan alasan bentuknya yang cocok untuk indoor dan tak mengenal musim. “Dulu banyak tanaman aglaonema, tapi belum dikembangkan. Bentuk dan warnanya masih sederhana. Saya budidayakan di kebun dan berusaha menyilangkan. Untuk mendapatkan hasil memang memerlukan waktu berbulan-bulan,” imbuhnya. Ketika itu, penjualan aglaonema lesu.
Setelah tren, ia pun banting setir, melakukan penelitian sampai pengembangan aglaonema walau tak membudidayakan sendiri. Untuk mencari aglaonema bernilai jual tinggi, Panji Lasho harus mendatangkan tanaman ini dari luar Bali, yaitu daerah Jawa Timur. Kemudian, tanaman itu diolah lagi di tempat pembibitan dan dikarantina. Rata-rata, dalam jangka waktu enam bulan, tanaman aglaonema siap dijual. Usaha Panji Lasho kini memang sudah mendatangkan hasil.

Aglaonema Lokal kurang Menarik

Jika dibandingkan dengan aglaonema lokal, yang berasal dari Bali kurang menarik pembeli. Selain bentuk dan warna yang monoton, hijau dan putih, harganya pun kurang menguntungkan. Untuk aglaonema lokal Bali, harga mulai dari Rp 5.000 per polybag. Sangat jauh berbeda dengan aglaonema luar, yang harganya jutaan rupiah. Tak hanya itu, harga jual aglaonema impor ada yang dihitung per lembar daunnya, tiap lembar daun berkisar puluhan sampai ratusan ribu rupiah. Tak aneh, tanaman ini menjadi tanaman kelas tinggi. Peminat di Buleleng kebanyakan dari kaum menengah ke atas. “Ada juga yang sekadar memiliki aglaonema, membeli yang lokal dan murah. Hanya ikut tren, agar tak terkesan ketinggalan,” tutur Panji Lasho.

Untuk masalah perawatan, Panji Lasho mengaku gampang-gampang susah. Agar bisnis tanamannya tetap awet, ia pun mengadakan penelitian. Baik pupuk, media yang digunakan dan perawatan sehari-hari. Jika udara terlalu dingin, daun aglaonema tak bisa mengilap. Begitu pun jika cuaca panas, aglaonema akan kerdil dan susah beranak. Tak hanya itu, warnanya pun berubah. “Hal ini yang perlu diperhatikan. Kita harus dapat membaca cuaca, sehigga tanaman ini tetap cantik,” tambah bapak tiga orang anak itu. Dibandingkan tahun lalu, bisnisnya sekarang lebih menjanjikan. Namun Panji Lasho yang hobi mengoleksi tanaman ini mengaku, untung bukanlah yang utama, tapi kepuasan yang dirasakannya. Ia berharap, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan makin ditingkatkan. “Ternyata banyak tumbuhan yang hidup di sekitar lingkungan kita yang bernilai jual tinggi. Kepedulian terhadap lingkungan perlu digalakkan,” tegas Panji Lasho, saat wartawati Tokoh menemuinya di tempat karantina aglaonema. –put

Tips Merawat Aglaonema

Para pemilik aglaonema tak perlu risau akan perawatan tanaman ini. Tak perlu takut tanaman yang Anda beli hingga jutaan rupiah itu akan mati. Bacalah tips perawatan aglaonema berikut ini.

  1. Untuk menjaga agar tanaman ini tetap segar, usahakan jangan menggunakan air yang mengandung kaporit untuk menyempot aglaonema. Lebih baik menggunakan air murni seperti air kemasan yang banyak dijual dan air sumur. Jika harus menggunakan air ledeng, diamkan air itu selama dua sampai empat hari, setelah itu gunakanlah untuk menyemprot aglaonema.
  2. Jika daun aglaonema Anda terlihat lebih kecil dari semula, periksa media tanam. Jika terasa keras dan padat, harus cepat diganti. Media yang keras dan padat, menyebabkan akar berimpit dan sulit berkembang. Akar yang semrawut dipangkas dan ditanam lagi pada pot yang lebih besar. Siram hingga air menetes dari pot, tanaman pun segar kembali.
  3. Daun aglaonema terlihat layu dan lemas, periksa akarnya. Bila akar lodoh (bola akar) berwarna coklat kehitaman, tandanya cendawan sudah bersarang. Buang akar yang bersarang, dan oleskan Benlate atau Dithane dibekas potongan hingga menutup permukaan. Tanam kembali aglaonema di pot dan media yang baru.
  4. Selain untuk penghias teras, aglaonema juga pas diletakkan di atas meja. Tentunya media yang digunakan nonpupuk kandang. Biasanya dapat digunakan arang sekam, cocopeat (serbuk sabut kelapa), pasir malang, kapur untuk menetralisir kadar ph, dan pupuk dekastar.
  5. Keindahan daunnya akan semakin terlihat segar jika pemilik mau menggosoknya dengan lotion maupun susu segar. – put/berbagai sumber

19 Februari 2008

Bunga Hias Tetap Segar

Memelihara tanaman bunga memang gampang-gampang susah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar bunga hias selalu terlihat segar. Agar anda lebih piawai merawatnya, perhatikan dulu tips berikut ini.

Kehadiran bunga dalam sebuah ruangan sering kali memberikan nuansa yang menyegarkan dan menenangkan. Bunga yang beraroma dan berbagai warna dapat menyuguhkan pemandangan indah untuk mata kita yang telah lelah bekerja seharian di depan komputer.

Namun tentunya kesegaran bunga harus tetap dijaga. Ada beberapa cara untuk mempertahakan kesegarannya sebelum ia benar-benar layu. Kita simak bersama:

1. Hal umum yang harus dilakukan tentu saja adalah menyiram bunga itu. Periksalah selalu kadar air. Jangan sampai bunga kekurangan air. Isilah selalu vas dengan air hingga penuh. Untuk bunga mawar, lebih baik isi vas dengan air yang suam-suam kuku.

2. Untuk vas bunga yang beroasis. Usahakanlah agar oasis tetap basah sehingga bunga bisa terus menyerap air dari sana.

3. Jangan sesekali membiarkan daun-daun berjatuhan dan terendam air vas. Karena bial dibiarkan daun terseut akan mudah membusuk dan menimbulkan bakteri. Air yang telah diracuni bakteri tak baik bila diserap oleh bunga. Akibatnya hal itu akan menyebabkan bunga layu dan mampak kusam.

4. Jangan letakkan bunga hias anda di tempat yang langsung terkena matahari ataupun tempat yang menghasilkan panas dan kering. Hal itu dapat menyebabkan bunga menjadi layu dan kering. Simpanlah bunga hias pada tempat yang sejuk dengan temperatur yang seimbang.

5. Hindari meletakkan bunga berdekatan dengan buah yang sudah masak. Buah masak biasanya melepaskan gas ethylene yang bisa mempercepat perkembangan bunga. Hal tersebut juga bisa mempercepat bunga hias menjadi layu dan mati.

6. Hindari keseringan memegang tangkai bunga apalagi melukai dan meremas batang menggunakan gunting tumpul. Hal itu dapat menghancurkan jaringan penyerap air dan membuat bunga menjadi stres.

Perawatan bunga harus dilakukan sejak pertama kali anda membeli bunga itu. Harus diingat bahwa bunga hias tidak boleh terlalu lama hidup tanpa air. Saat membeli bunga dan sekiranya masih membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai rumah, sebaiknya bungkus pangkal batang bunga dengan kertas basa atau busa basah.

Sekarang bunga di mejamu akan semakin indah dan berguna menghilangkan rasa penat dan stres.(

18 Februari 2008

Membuat Adenium Rajin Berbunga


Adenium bentuknya memang unik. Apalagi jika berbunga, cantik sekali. Kini banyak silangan adenium yang menampilkan bunga dengan bermacam warna. Tapi sayangnya jika sekali berbunga, ditunggu-tunggu yang selanjutnya lama baru berbunga. .
Padahal, adenium bisa dibuat berbunga sepanjang waktu. Chandra Gunawan, pehobi adenium, telah membuktikannya di Godongijo, nursery-nya yang luas di Sawangan (Bogor). Berikut ini tipsnya agar tanaman asal gurun pasir itu rajin berbunga.
Pemangkasan adalah kuncinya. Batang adenium yang tumbuh memanjang akan memberi kesan berantakan. Pemangkasan batang utama bisa dilakukan sesuai dengan keinginan pehobi. Kalau mau yang bentuknya tinggi maka batang yang dipotong juga agak tinggi pula.
Selain batang utama, pemangkasan cabang juga dilakukan. Tujuannya agar tampil rimbun. Pemangkasan cabang tersebut, juga bisa memutus siklus hidup hama dan penyakit, serta kunci utama untuk membungakan adenium secara serempak di tiap cabangnya.
Pemangkasan itu akan menghasilkan tunas-tunas baru di tiap cabang yang dipangkas. Dari tunas baru inilah, nanti bakal keluar bunga. Tapi yang harus diperhatikan sebelum melakukan penggundulan, pastikan tanaman itu sehat dan media tanamnya subur. Pemberian pupuk slow release atau NPK sebaiknya dua minggu sebelum ”eksekusi” itu.
Menurut Chandra, yang jarang diperhatikan oleh pehobi adalah kesterilan alat pemotong. Gunting atau pisau yang dipakai sering kali kotor.
Peralatan yang tidak steril seringkali menyebabkan kegagalan. Sebab bekas irisannya menjadi busuk yang bisa merembet ke bagian lain. Harapan untuk memperoleh adenium yang indah, sirna karena kecerobohan.
Sebaiknya pemangkasan dilakukan di pagi hari agar bekas potongan bisa cepat kering. Tidak disarankan penggundulan itu dilakukan di musim hujan, sebab batang yang baru terpotong bila terkena air akan membusuk.
Jika adenium yang sudah gundul sejak awal dalam kondisi bagus, tanaman sehat dan kondisi medianya subur maka dalam tujuh sampai 12 hari sesudah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru dan enam sampai delapan minggu kemudian muncul kuncup bunga.
Jangan lupa menaruhnya di tempat yang mendapat matahari minimal tujuh jam per hari. Sebab tanaman ini menyukai sinar matahari. Jika tidak terkena matahari maka proses pembungaan akan gagal. Kuncup yang sedang terbentuk bisa gagal.

13 Februari 2008

Anthurium Plant Care Instructions

ANTHURIUM CARE

Anthuriums are relatively easy to grow, have attractive foliage and under the proper environment, produce long lasting flowers year round. Commercially, pot type Anthuriums are grown throughout the world with the heaviest concentrations in the US (Florida) and the Netherlands. They are durable and will survive as an indoor foliage plant for a remarkable period of time, even under adverse conditions.
Anthuriums grow best with day temperatures of 78 to 90 F, and night temperatures of 70 to 75 F. Temperatures above 90 F may cause foliar burning, faded flower color, and reduced flower life. Night temperatures between 40 to 50 F can result in slow growth and yellowing of lower leaves. Anthuriums will not tolerate frost or freezing conditions.

POTTING

Anthuriums prefer a growing media that is coarse and well drained. The potting media should be of a peat moss base with a 1:1:1 ratio of peat moss, pine bark and perlite. Plants when they are youong should be planted in a mix that is not quite so coarse, to retain moisture. The soil should be settled firmly around the roots and the root system should fill the pot before the plant is stepped up to a larger pot size.

WATERING

While Anthuriums are able to handle dryness around the root ball, they need to be watered thoroughly and allowed to dry slightly before watering again. Allowing the plant to dry out will greatly slow down the growth cycle. Drying out can also cause the tip to burn and root damage, while over watering can also cause root damage and sudden yellowing of leaves.

LIGHT


Anthuriums as a rule (indoors) will take about as much light as you can provide them with-but not direct sunlight. Lower levels of light will slow down or cease flower production. The foliage type species will tolerate lower light levels as they grow in some of the shasiest areas in their natural habitat. Leaves emerging under lower light may stretch and/or become distorted.

FERTILIZER


A quick word on nutrition. Most growers use a slow time release fertilizer on their plants. Fertilizing should not be an issue for quite a few months. If you are going to fertilize, use a light solution of a 3:1:2 ratio and it is probably best to dilute to 1/4 strength.


PEST AND DISEASE


Anthuriums are susceptible to the usual pests that visit out indoor plants, such as aphids, scales, mealybugs and thrips. Thrips and "mealy" are found more on new growth. You can also find aphids feeding on the flower buds. Scales seem to be particularly fond of the tough bird nest type. The best method of insect control is to monitor your plants and treat them before they get out of hand. There are some "insecticidal soaps" which work well on the soft insects, but scales may need a stronger insecticide. Under low humidity conditions spider mites may show up. One of the best ways to stay clear of the use of chemicals is with periodic wiping of the foliage and a gentle sparay of water. Make sure not to forget the undersides.
The biggest disease problem that you will face indoors is RHIZOCTINIA. This is caused by high temperature and humidity coupled with soil that is poorly drained. Don't over water and if you must replant, use a well drained soil, for that will be your best defense. Chemically, RHIZOCTINIA can be controlled with a wide range of fungicides. The best approach is prevention via cultural practices.

Tip Membeli Jenmani: Pilihlah Daun Tebal Serat Menonjol

Dengan semakin mahalnya harga bibitan Jenmanii, selayaknya perlu dilakukan sikap kehati-hatian dalam membeli bibitan apalagi untuk koleksi sendiri. Karena selama ini banyak orang justru sembrono dalam membeli bibitan, asal murah disikat, padahal nggak tau bagaimana bentuk indukannya dan besarnya kayak apa? Baru setelah enam bulan kemudian muncul penyesalan, karena bibit yang diharapkan bisa menjadi jemani yang punya karekter Cobra, Sawi, Koll, Mangkuk atau lainnya tidak kesampaian. Penyesalan seperti ini telah dialami oleh banyak kolektor pemula yang hanya percaya pada pedangan atau broker, tanpa pernah melihat indukannya. Seringkali orang melihat bibitan dua tiga daun yang tampak bagus tebal dan bentuk bulat ingin membelinya, apalagi harga yang ditawarkan selisih lima sampai sepuluh ribu rupiah dibanding harga umum. Pasti ingin membelinya dalam jumlah banyak, karena saat ini untuk cari bibitan jenmani susah sekali meski harga sudah tembus ratusan ribu untuk tiga daun. Tapi setelah umur tujuh bulan atau keluar daun ketujuh, bibitan yang dulunya dianggap bagus, keluar sifat aslinya tangkainya panjang daunnya besar memanjang. Kalau sudah begitu biasannya ada penyesalan, karena itu ciri jenmanii giant alis jumbo yang tentunya masuk katagori jenmanii kurang bagus. Indukan jenmanii jumbo ini banyak yang punya, harganya juga tidak mahal seperti jenmani yang punya karakter, karena dianggap jenmanii biasa. Tapi bagi pemilik indukan Jenmani giant ini sangat diuntungkan karena bisa sebagai mesin produksi. Pasalnya disaat harga bibitan tembus ratusan ribu setiap tongkol jenmanii jumbo yang sudah umur tiap tongkolnya bisa menghasilnya ribuan biji, beda dengan jenmanii yang punya karakter bagus, produksi bijinya relatif rendah paling banyak sekitar tiga sampai empat ratus saja. Nah, supaya tidak salah pilih, coba ikuti tip yang disampaikan orang yang cukup berpengalaman berburu jenmani seperti dr.Madiyanto Wonogiri dalam membeli bibitan jenmanii. Menurut bapak dua putri ini hal yang harus diperhatikan dalam membeli bibit Jenmanii usahakan melihat induknya. Dengan tahu indukannya, meski tidak ada jaminan dari penjual kalau bibitannya nanti seperti induknya kita bisa tenang. Yang penting penjual atau nursery bisa memberi jaminan kalau bibitannya dari indukan A, maka kita sebagai pembeli lega, karena kalau terjadi penyimpangan bibitan tadi tidak menyimpang jauh dari induknya. Induk yang bagus memang belum tentu menghasilkan anakan yang bagus semua, tapi pada umumnya kebanyakan bibitan yang dihasilkan bagus. Sebaliknya kalau induknya kurang bagus, sudah pasti anakannya banyak yang kurang bagus. Karena itu mengingat harga bibit cukup mahal, sebaiknya belilah bibit yang tahu silsilah induknya, terang dr.Madiyanto. Bagaimana kalau tidak bisa melihat indukannya, karena selama ini banyak pedagang yang menjual bibitan bukan dari hasil dari indukannya sendiri melainkan dari orang lain? Kalau begitu ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, pertama pilih daun yang tebal. Kedua serat daunnya menonjol, dan ketiga daunnya lebar atau bulat. Daun tebal rata-rata dari induk yang bagus, sebab selama ini Jenmanii induk yang punya karakter seperti Cobra, Sawi, Pagoda, Piton, Entong, Daun nangka dan sebagainya memiliki daun yang tebal. Kalaupun dewasannya nanti tidak memiliki karakter, maka jenmanii ini masih memiliki nilai ekonomis tinggi karena ketebalan daunnya. Kedua serat harus menonjol, bila daun tiga empat serat daun pada bibitan jenmanii sudah nampak maka semakin besar tanaman tadi akan makin jelas seratnya. Karena serat merupakan salah satu tanda Jenmanii berkualitas, maka meski daun tidak memiliki karekter jenmanii seperti ini juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Ketiga, pilih daun yang lebar, bibitan yang punya daun lebar kemungkinan besar nantinya saat dewasa memiliki karakter, entah jadi mangkuk, sweta atau lainnya. Tapi yang daun agak memanjang bukan berarti jelek, karena dalam jenmanii seringkali terjadi mutasi saat memasuki usia dewasa, maka bisa jadi Jenmani yang bentuk daunnya jelek berubah menjadi jenmanii yang berkarakter seperti jaipong, golok atau lainnya. Jenmani memang unik, kecil sampai memasuki remaja bagus, tapi menjelang dewasa kadang muncul gen aslinya bentuk daun malah berubah jadi jelek, begitu juga sebaliknya. Memang kemungkinan seperti itu jarang terjadi, tapi pernah terjadi. Karena itu perhatikan serat dan ketebalan, kalau serat bagus tebal oke, meski nantinya bentuk daunnya berubah, nggak masalah, kata dr.madiyanto yang selama ini dikenal suka mengoleksi Jenmanii cobra.