AddMe - Search Engine Optimization
Tampilkan postingan dengan label Tips n Triks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips n Triks. Tampilkan semua postingan

14 April 2008

Tips Perkecambahan Benih

Teknik perkecambahan benih tanaman yang baik mempunyai dampak dalam menentukan keberhasilan benih untuk berkecambah. Kemampuan benih untuk berkecambah ditentukan oleh beberapa faktor kualitas benih, lingkungan media tanam, zat perangsang pertumbuhan (ZPT) dan serangan penyakit benih.

Kualitas benih terkait dengan proses pematangan benih dalam buah yang secara tidak langsung terkait dengan cara pemupukan dan penanganan pasca panen.

Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam perkecambahan benih, karena untuk mampu berkecambah benih memerlukan kondisi media tanam yang lembab. Kondisi lembab akan merangsang munculnya akar utama yang akan diikuti oleh pergerakan lain sampai menjadi bibit.

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan benih berkecambah dan waktu berkecambah lebih cepat, penggunaan zat pengatur tumbuh dapat dilakukan. Secara umum beberapa kasus perkecambahan meningkat sampai 100% dan benih dapat berkecambah lebih cepat 4 - 5 hari dari normalnya. Beberapa zat pengatur tumbuh yang dapat dipergunakan adalah Atonik (Polyphenol), Superthrive (Vitamin B-1+NAA), Liquinox Start B-1 (Vitamin B-1+NAA), Grow Quick Plus (Vitamin B-1+NAA), Sunerelin (GA-3).

Faktor lain yang sama pentingnya adalah mencegah serangan penyakit rebah bibit (Damping Off) yang utamanya disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. dan Phytium sp. Beberapa kasus dapat menyebabkan benih gagal berkecambah sampai 80 - 100%. Penyakit ini akan muncul dalam kondisi media tanam yang telah mengandung penyakit (media lama) dan kelembaban tinggi. Untuk mencegah penyakit rebah bibit ini dapat menggunakan fungisida protektan untuk benih seperti Previcur N (Propamocarb HCl), Topsin (Thiophanate), Vilan (Hexaconazole), Score (Difeconazole), Benstar (Benomyl), Daconil (Chlorotalonil)

Penggunaan secara bersamaan dengan zat pengatur tumbuh dengan cara dicampur (mix) contoh: Atonik 0,5 - 1 ml/L dicampur dengan fungisida Previcur 0,5 - 1 ml/L, kemudian benih direndam selama 15-20 menit, selanjutnya ditanam. Dapat pula dengan cara terpisah yaitu perendaman benih dengan zat pengatur tumbuh terlebih dahulu selama 15 - 20 menit, kemudian setelah benih berkecambah dapat disemprot dengan fungisida 1-2 kali seminggu.

(Yudha Hartanto, MSi., diolah dari berbagai sumber)

Sumber : http//www.godongijo.com

26 Maret 2008

Tips Mengkilapkan Daun Aglaonema

Membuat daun aglaonema lebih licin dan mengkilap biasanya sering dilakukan hobiis atau kolekteor apabila aglaonemanya akan diikutsertakan dalam kontes tanaman hias. Beberapa bahan yang bisa digunakan untuk mengkilapkan daun aglaonema adalah air, leaf-shine, susu dan ampas kelapa. Berikut ini merupakan tips mengkilapkan daun aglaonema berdasarkan bahan-bahan tadi:

  • Mengelap dengan air dan spon atau kain bersih
Cara ini merupakan yang paling murah dan sederhana. Air yang digunakan sebaiknya air sumur. Sedangkan spon yang digunakan sebaiknya spon khusus yang seratnya sangat halus, bukan spon untuk mencuci piring. Spon khusus ini bisa mengangkat kotoran dan debu yang sangat kecil tanpa melukai daun.
  • Menyemprot dengan Leaf-shine
Penggunaan leaf-shine ini sangat praktis. Cukup menyemprotkannya ke seluruh permukaan daun yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan air dan di lap dengan kain. Karena mengandung bahan kimia, cairan ini sebaiknya jangan digunakan terlalu sering. Penggunaan yang terlalu sering bisa menyebabkan tepi daun menggulung.
  • Mengoleskan susu
Susu ternyata bisa berfungsi sebagai pupuk daun aglaonema. Susu yang digunakan adalah susu bubuk yang telah dilarutkan dalam air. Cara ini bisa mendatangkan hasil yang cukup fantastik. Namun, penggunaan susu ada kelemahannya, yaitu bisa mengundang bakteri perusak tanaman.
  • Menaburkan Ampas Kelapa
Ampas kelapa merupakan limbah dapur yang ekonomis. Setelah diambil santannya, ampas kelapa tersebut bisa dioleskan ke permukaan daun menggunakan kain bersih. Cara ini tidak praktis, tetapi sah saja dilakukan selama tidak merusak keindahan daun aglaonema.

Tips mengkilapkan daun aglaonema ini dipersembahkan oleh Redaksi AgroMedia dalam buku Pesona Aglaonema Indonesia. Dalam buku ini, Redaksi Agromedia juga menampilkan tips perawatan Aglaonema ala tujuh kolektor. Di antaranya: Greg Hambali, Dr. Purbo Djojokusumo, Taty Suroyo, Harry Setiawan, Songgo Tjahaja, Firman Anugerah dan Toni Soetrisno.

17 Maret 2008

4 Steps To A Promising Flower Garden

Flower gardens occur in different styles and assortments, their charm can be dependent to any flower gardener. As someone who takes care of a garden, knowing how to enhance your flower garden can make a big difference in the dealing with beauty and taste and over-all condition of your garden.

Here are 4 easy ways to make your flower garden blossom more:

1. The necessities must always be given major deliberation.

Exactly like with any gardening undertaking, a flower garden must have its sufficient supply of water, light, and rich soil. To be lacking one of these gardening necessities is almost developing the death bed of your flower garden. Irrigate the flower garden more often during dry spells. In addition, make sure that you set the flower bulbs deep enough to allow sufficient room for the rooting.

2. Mix perennials with annuals.

Perennial flower bulbs don't have to be replanted because they grow and bloom for several years while annuals spring up and bloom for only one season. Mixing a few perennials with annuals guarantees that the display goes on with your flower garden.

3. Deadhead to promote more blossoms.

Deadheading is simply clipping off the flower head after it droops. This will cause the plant to grow more and develop more flowers. Just make sure that you don't throw away the deadhead on the garden or mold and other plant disease will assault your plants.

4. Know the beneficial from the bad bugs.

Do you know that nearly all garden bugs do more good than harm? Butterflies, beetles and bees are famous as pollinators. They feed plants through unplanned transport of pollen from one plant to another. And 75% of flowering plants count on them for survival. Why do you believe flowers are that brilliant and beautiful? I’ll bet you thought it was to make mankind more affection of them? It's really to entice more bugs.

Sowbugs and dung beetles both with fungi, bacteria and other microorganisms make the soil more favorable to plants. This is on account they exist on dead materials, breaking down into simpler molecules that feed the soil. These insects are known as decomposers.

Now you don't just chase away insects whenever you see them.

With this info in mind and applied, your flower garden will surely reward you with a breath taking view when it's comes for them to bloom once more.


About The Author

James Ellison's articles are from extensive research on each of his topics. You can learn more of flower garden perennials by visiting: http://www.gotta-grow.com/page36.html

12 Maret 2008

4 Gardening Lessons Revealed: Planting Methods, Tools, Crop Rotation & Clothing

  • Planting Methods:
    There are several methods for planting.
Picking any of these methods depends on the vegetable, the size of your garden, and your fondness. Three methods of planting, namely, single rows, wide rows, and hills are clarified as follows:
  1. Single Rows: In this method, seeds are sown in rows or lines that are spaced equal distances apart. The distances between the rows and between the seeds within the rows differ from vegetable to vegetable. If you want the rows to be straight, which gives a pleasant appearance to your garden, stretch a string between two stakes and sow the seeds along it. If you think this is too much work, use a stick to mark a line on the ground and try to make the line as straight as possible. With some training, you will get it straight.
  2. Wide Rows: In wide row planting, seeds are sprinkled at equal spacing in both directions over a wide area. The width of the row varies from 6 to 16 inches. The row's width is limited by your arm's reach to the area in the middle of the row while standing at the edges. We find that wide rows are convenient and productive for peas and beans. In addition to giving high yield per unit area, they cut down on weeds. Wide rows are also good for starting leaf vegetables like lettuce and spinach. When the seedlings emerge, they can be thinned and transplanted elsewhere. Double rows are a special form of wide rows.
  3. Hills: In hill planting, 3 to 5 seeds are sown close to each other. They need not be sown on a formed hill, as the name implies.

This method is used for example when planting zucchini and cucumbers.
  • Gardening Tools:
There are many gardening tools available on the market today. The basic tools you'll need are a shovel, trowel, steel rake, tomato cages, and a water hose or can. The shovel is used to till the soil, mix potting soil, move soil around, and cut the weeds if they grow big. Some gardeners use a fork instead of a shovel to till the soil, but we don't.

The choice is yours. The trowel is used for cultivating the weeds, transplanting the seedlings, mixing soil or fertilizers, and filling containers with soil. The steel rake is used to grade the soil and to compact the soil over the seeds. Tomato cages are indispensable for supporting tomato plants. You can also use them to support running plants such as cucumbers and peas. Without them the plants will collapse on the ground and their fruit will get into contact with the soil and eventually decay. A hose or a can is used to water the plants in the garden and within containers.

  • Crop Rotation:
Crop rotation is the practice of planting each vegetable in a different location each year. The advantages of crop rotation are:
  1. The chances of transmitting diseases and insects to next year's crop are very much reduced. Certain diseases and insects attack certain vegetables. These diseases and insects move from the plants to the soil, where they winter. If the same vegetable is planted in the same spot the following year, the diseases and insects will surface from the soil and attack the new plants once again.
  2. Each vegetable absorbs trace amounts of specific minerals from the soil. If the same vegetable is planted in the same spot year after year, the minerals the vegetable needs to grow healthy plants will be depleted, resulting in a meagre harvest.
  3. The roots of legumes (peas and beans) have bacteria that soak up nitrogen from the air and fix it on the roots of the plants and in the soil. To take advantage of the nitrogen they fix in the soil, the legumes should be followed by a leafy vegetable, such as lettuce and or spinach, which both need nitrogen-rich soil. This is one of the techniques organic growers use to grow vegetables without the use of chemical fertilizers. It may be impractical to rotate every crop each year if your garden is small.
This difficulty can be overcome by taking the following measures:
  1. choose disease-resistant vegetable varieties,
  2. keep your garden clean of rubbish, and
  3. watch for insects and diseases. If a plant becomes teeming with insects, pick them by hand; if a plant is infected by a disease, pull it from the ground and dispose of it.
  • Proper Gardening Clothing:
In the course of gardening, your footwear and clothes are likely to be soiled. You walk on dirt and or mud, your clothes make contact with plant leaves and stems, and your hands are soiled. You are also exposed to the sun. Your shoes accumulate mud and will soil the floor if you walk directly into the house. Therefore, you should have a pair of aged shoes set aside for gardening. Put them on before going into the garden and take them off before entering the house. Leave them in the garage or put them in a bag until you use them again.

Also, have special clothes for the garden. If you don't, your ordinary clothes will be soiled no matter how careful you are. To protect your hands and fingernails from collecting dirt, use a good pair of garden gloves. Some are washable and can be reused again and again...

Please feel free to forward a copy of the "Gardening Online Newsletter" to any of your friends and associates.

Happy Gardening,


About The Author
John Parker makes it easy to create beautiful gardens, quickly & easily. Learn the essential keys to lush, vibrant gardens. To receive your free gardening newsletter visit: http://www.how-to-grow-tomatoes.com


03 Maret 2008

Tip Merawat Bibit Anthurium Gelombang Cinta

Tren gelombang cinta mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2007. Antara bulan Agustus sampai pertengahan Oktober 2007, gelombang cinta banyak dicari pemain tanaman hias, terutama bibitnya. Sebanyak apa pun stok gelombang cinta yang dimiliki oleh penjual anthurium selalu habis dibeli.

Tak ayal, harga gelombang cinta pun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini berimbas tak hanya pada indukan gelombang cinta saja. Melainkan pula pada bibit gelombang cinta. Satu pot bibit gelombang cinta dengan jumlah dua daun harganya mencapai Rp 35.000-Rp 40.000.

Akhir-akhir ini, gelombang cinta ukuran bibit paling laris di pasaran. Mungkin karena harganya yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat yang ingin ikut memelihara anthurium.

Dalam perawatannya, gelombang cinta yang masih berukuran bibit tentu membutuhkan perhatian ekstra dibandingkan dengan ukuran remaja atau dewasa. Pasalnya, daya tahan bibit ini masih belum kuat. Kondisi lingkungan dan perawatan yang tidak tepat dapat membuat pertumbuhan bibit terhambat, bahkan mati.

Nah, jika Anda memiliki bibit gelombang cinta, berikut ini kami berikan sedikit tip dalam merawatnya.
Penyiraman sebaiknya dilakukan tiga hari sekali. Bibit anthurium sangat rentan terhadap busuk batang akibat serangan cendawan, terutama pada kelembapan tinggi. Busuk batang dapat menyebabkan bibit roboh dan mati.
Pemupukan sebaiknya tidak dilakukan terhadap bibit anthurium yang baru memiliki 2-3 daun karena kondisi bibit masih belum stabil. Namun bila diperlukan, pemupukan tetap dapat dilakukan asal menggunakan pupuk cair organik sesuai dosis anjuran. Amannya, pada saat membeli pupuk, minta rekomendasi dari penjual tentang jenis pupuk dan tata cara pemupukan yang benar dan aman.
Penyinaran sangat penting untuk menentukan roset tidaknya tanaman. Bibit yang kekurangan cahaya matahari batangnya akan memanjang sehingga susunan daunnya tidak terlihat kompak (roset). Cara mengatasinya, bibit anthurium 2-3 daun dapat dijemur diterik matahari setiap pukul 7.00-8.00 pagi. Selanjutnya, bibit diletakkan di bawah naungan paranet.

25 Februari 2008

Aglaonema Impor Tiap Lembar Daun bisa Berharga Ratusan Ribu

Tak kalah menarik dengan tanaman anggrek yang kini sedang tren, aglaonema, tumbuhan berbintik variasi warna mampu mendobrak pasar tanaman hias. Tanaman lokal yang banyak dikembangkan di Thailand ini dijual dengan harga sampai puluhan juta rupiah. Makin langka jenisnya, harganya makin tinggi.


“Sri Rejeki” sapaan akrab aglaonema terdiri dari berbagai jenis, diantaranya, big mama, legancy, sweet heart, red aurora, red rury, red mascot, lady velentine, pride of Sumatera, donna carmen, dan masih banyak lagi jenis yang lainnya. Semua jenis sri rejeki ini memiliki harga jual tinggi. Namun bagi penggemar tanaman hias, bukan suatu masalah jika harus mengeruk uang hanya untuk membeli aglaonema. Tanaman ini kerap diletakkan di ruangan.
Ani, ibu yang hobi mengoleksi tanaman aglaonema menceritakan, “Ada daya tarik tersendiri dari aglaonema. Tanaman ini seperti memancarkan aura dan kharisma. Orang yang datang pun merasakan hal yang sama.” Karena bentuk dan warna cantiknya, tanaman ini lebih banyak disukai remaja putri dan ibu rumah tangga.
Panji Lasho mengakui hal itu. Sejak delapan bulan terakhir, penjualan aglaonema makin meningkat. “Sekarang tren berubah. Bahkan anggrek kalah saing. Tak hanya untuk tanaman hias dalam ruangan, tanaman ini juga digunakan sebagai hadiah ulang tahun,” ujar Panji Lasho, pengusaha tanaman di Buleleng.
Aglaonema bukanlah tanaman yang baru dikembangkannya. Sebelum menjadi tren, dua tahun lalu, Panji Lasho sudah tertarik dengan tanaman itu, dengan alasan bentuknya yang cocok untuk indoor dan tak mengenal musim. “Dulu banyak tanaman aglaonema, tapi belum dikembangkan. Bentuk dan warnanya masih sederhana. Saya budidayakan di kebun dan berusaha menyilangkan. Untuk mendapatkan hasil memang memerlukan waktu berbulan-bulan,” imbuhnya. Ketika itu, penjualan aglaonema lesu.
Setelah tren, ia pun banting setir, melakukan penelitian sampai pengembangan aglaonema walau tak membudidayakan sendiri. Untuk mencari aglaonema bernilai jual tinggi, Panji Lasho harus mendatangkan tanaman ini dari luar Bali, yaitu daerah Jawa Timur. Kemudian, tanaman itu diolah lagi di tempat pembibitan dan dikarantina. Rata-rata, dalam jangka waktu enam bulan, tanaman aglaonema siap dijual. Usaha Panji Lasho kini memang sudah mendatangkan hasil.

Aglaonema Lokal kurang Menarik

Jika dibandingkan dengan aglaonema lokal, yang berasal dari Bali kurang menarik pembeli. Selain bentuk dan warna yang monoton, hijau dan putih, harganya pun kurang menguntungkan. Untuk aglaonema lokal Bali, harga mulai dari Rp 5.000 per polybag. Sangat jauh berbeda dengan aglaonema luar, yang harganya jutaan rupiah. Tak hanya itu, harga jual aglaonema impor ada yang dihitung per lembar daunnya, tiap lembar daun berkisar puluhan sampai ratusan ribu rupiah. Tak aneh, tanaman ini menjadi tanaman kelas tinggi. Peminat di Buleleng kebanyakan dari kaum menengah ke atas. “Ada juga yang sekadar memiliki aglaonema, membeli yang lokal dan murah. Hanya ikut tren, agar tak terkesan ketinggalan,” tutur Panji Lasho.

Untuk masalah perawatan, Panji Lasho mengaku gampang-gampang susah. Agar bisnis tanamannya tetap awet, ia pun mengadakan penelitian. Baik pupuk, media yang digunakan dan perawatan sehari-hari. Jika udara terlalu dingin, daun aglaonema tak bisa mengilap. Begitu pun jika cuaca panas, aglaonema akan kerdil dan susah beranak. Tak hanya itu, warnanya pun berubah. “Hal ini yang perlu diperhatikan. Kita harus dapat membaca cuaca, sehigga tanaman ini tetap cantik,” tambah bapak tiga orang anak itu. Dibandingkan tahun lalu, bisnisnya sekarang lebih menjanjikan. Namun Panji Lasho yang hobi mengoleksi tanaman ini mengaku, untung bukanlah yang utama, tapi kepuasan yang dirasakannya. Ia berharap, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan makin ditingkatkan. “Ternyata banyak tumbuhan yang hidup di sekitar lingkungan kita yang bernilai jual tinggi. Kepedulian terhadap lingkungan perlu digalakkan,” tegas Panji Lasho, saat wartawati Tokoh menemuinya di tempat karantina aglaonema. –put

Tips Merawat Aglaonema

Para pemilik aglaonema tak perlu risau akan perawatan tanaman ini. Tak perlu takut tanaman yang Anda beli hingga jutaan rupiah itu akan mati. Bacalah tips perawatan aglaonema berikut ini.

  1. Untuk menjaga agar tanaman ini tetap segar, usahakan jangan menggunakan air yang mengandung kaporit untuk menyempot aglaonema. Lebih baik menggunakan air murni seperti air kemasan yang banyak dijual dan air sumur. Jika harus menggunakan air ledeng, diamkan air itu selama dua sampai empat hari, setelah itu gunakanlah untuk menyemprot aglaonema.
  2. Jika daun aglaonema Anda terlihat lebih kecil dari semula, periksa media tanam. Jika terasa keras dan padat, harus cepat diganti. Media yang keras dan padat, menyebabkan akar berimpit dan sulit berkembang. Akar yang semrawut dipangkas dan ditanam lagi pada pot yang lebih besar. Siram hingga air menetes dari pot, tanaman pun segar kembali.
  3. Daun aglaonema terlihat layu dan lemas, periksa akarnya. Bila akar lodoh (bola akar) berwarna coklat kehitaman, tandanya cendawan sudah bersarang. Buang akar yang bersarang, dan oleskan Benlate atau Dithane dibekas potongan hingga menutup permukaan. Tanam kembali aglaonema di pot dan media yang baru.
  4. Selain untuk penghias teras, aglaonema juga pas diletakkan di atas meja. Tentunya media yang digunakan nonpupuk kandang. Biasanya dapat digunakan arang sekam, cocopeat (serbuk sabut kelapa), pasir malang, kapur untuk menetralisir kadar ph, dan pupuk dekastar.
  5. Keindahan daunnya akan semakin terlihat segar jika pemilik mau menggosoknya dengan lotion maupun susu segar. – put/berbagai sumber

18 Februari 2008

Membuat Adenium Rajin Berbunga


Adenium bentuknya memang unik. Apalagi jika berbunga, cantik sekali. Kini banyak silangan adenium yang menampilkan bunga dengan bermacam warna. Tapi sayangnya jika sekali berbunga, ditunggu-tunggu yang selanjutnya lama baru berbunga. .
Padahal, adenium bisa dibuat berbunga sepanjang waktu. Chandra Gunawan, pehobi adenium, telah membuktikannya di Godongijo, nursery-nya yang luas di Sawangan (Bogor). Berikut ini tipsnya agar tanaman asal gurun pasir itu rajin berbunga.
Pemangkasan adalah kuncinya. Batang adenium yang tumbuh memanjang akan memberi kesan berantakan. Pemangkasan batang utama bisa dilakukan sesuai dengan keinginan pehobi. Kalau mau yang bentuknya tinggi maka batang yang dipotong juga agak tinggi pula.
Selain batang utama, pemangkasan cabang juga dilakukan. Tujuannya agar tampil rimbun. Pemangkasan cabang tersebut, juga bisa memutus siklus hidup hama dan penyakit, serta kunci utama untuk membungakan adenium secara serempak di tiap cabangnya.
Pemangkasan itu akan menghasilkan tunas-tunas baru di tiap cabang yang dipangkas. Dari tunas baru inilah, nanti bakal keluar bunga. Tapi yang harus diperhatikan sebelum melakukan penggundulan, pastikan tanaman itu sehat dan media tanamnya subur. Pemberian pupuk slow release atau NPK sebaiknya dua minggu sebelum ”eksekusi” itu.
Menurut Chandra, yang jarang diperhatikan oleh pehobi adalah kesterilan alat pemotong. Gunting atau pisau yang dipakai sering kali kotor.
Peralatan yang tidak steril seringkali menyebabkan kegagalan. Sebab bekas irisannya menjadi busuk yang bisa merembet ke bagian lain. Harapan untuk memperoleh adenium yang indah, sirna karena kecerobohan.
Sebaiknya pemangkasan dilakukan di pagi hari agar bekas potongan bisa cepat kering. Tidak disarankan penggundulan itu dilakukan di musim hujan, sebab batang yang baru terpotong bila terkena air akan membusuk.
Jika adenium yang sudah gundul sejak awal dalam kondisi bagus, tanaman sehat dan kondisi medianya subur maka dalam tujuh sampai 12 hari sesudah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru dan enam sampai delapan minggu kemudian muncul kuncup bunga.
Jangan lupa menaruhnya di tempat yang mendapat matahari minimal tujuh jam per hari. Sebab tanaman ini menyukai sinar matahari. Jika tidak terkena matahari maka proses pembungaan akan gagal. Kuncup yang sedang terbentuk bisa gagal.

13 Februari 2008

Tip Membeli Jenmani: Pilihlah Daun Tebal Serat Menonjol

Dengan semakin mahalnya harga bibitan Jenmanii, selayaknya perlu dilakukan sikap kehati-hatian dalam membeli bibitan apalagi untuk koleksi sendiri. Karena selama ini banyak orang justru sembrono dalam membeli bibitan, asal murah disikat, padahal nggak tau bagaimana bentuk indukannya dan besarnya kayak apa? Baru setelah enam bulan kemudian muncul penyesalan, karena bibit yang diharapkan bisa menjadi jemani yang punya karekter Cobra, Sawi, Koll, Mangkuk atau lainnya tidak kesampaian. Penyesalan seperti ini telah dialami oleh banyak kolektor pemula yang hanya percaya pada pedangan atau broker, tanpa pernah melihat indukannya. Seringkali orang melihat bibitan dua tiga daun yang tampak bagus tebal dan bentuk bulat ingin membelinya, apalagi harga yang ditawarkan selisih lima sampai sepuluh ribu rupiah dibanding harga umum. Pasti ingin membelinya dalam jumlah banyak, karena saat ini untuk cari bibitan jenmani susah sekali meski harga sudah tembus ratusan ribu untuk tiga daun. Tapi setelah umur tujuh bulan atau keluar daun ketujuh, bibitan yang dulunya dianggap bagus, keluar sifat aslinya tangkainya panjang daunnya besar memanjang. Kalau sudah begitu biasannya ada penyesalan, karena itu ciri jenmanii giant alis jumbo yang tentunya masuk katagori jenmanii kurang bagus. Indukan jenmanii jumbo ini banyak yang punya, harganya juga tidak mahal seperti jenmani yang punya karakter, karena dianggap jenmanii biasa. Tapi bagi pemilik indukan Jenmani giant ini sangat diuntungkan karena bisa sebagai mesin produksi. Pasalnya disaat harga bibitan tembus ratusan ribu setiap tongkol jenmanii jumbo yang sudah umur tiap tongkolnya bisa menghasilnya ribuan biji, beda dengan jenmanii yang punya karakter bagus, produksi bijinya relatif rendah paling banyak sekitar tiga sampai empat ratus saja. Nah, supaya tidak salah pilih, coba ikuti tip yang disampaikan orang yang cukup berpengalaman berburu jenmani seperti dr.Madiyanto Wonogiri dalam membeli bibitan jenmanii. Menurut bapak dua putri ini hal yang harus diperhatikan dalam membeli bibit Jenmanii usahakan melihat induknya. Dengan tahu indukannya, meski tidak ada jaminan dari penjual kalau bibitannya nanti seperti induknya kita bisa tenang. Yang penting penjual atau nursery bisa memberi jaminan kalau bibitannya dari indukan A, maka kita sebagai pembeli lega, karena kalau terjadi penyimpangan bibitan tadi tidak menyimpang jauh dari induknya. Induk yang bagus memang belum tentu menghasilkan anakan yang bagus semua, tapi pada umumnya kebanyakan bibitan yang dihasilkan bagus. Sebaliknya kalau induknya kurang bagus, sudah pasti anakannya banyak yang kurang bagus. Karena itu mengingat harga bibit cukup mahal, sebaiknya belilah bibit yang tahu silsilah induknya, terang dr.Madiyanto. Bagaimana kalau tidak bisa melihat indukannya, karena selama ini banyak pedagang yang menjual bibitan bukan dari hasil dari indukannya sendiri melainkan dari orang lain? Kalau begitu ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, pertama pilih daun yang tebal. Kedua serat daunnya menonjol, dan ketiga daunnya lebar atau bulat. Daun tebal rata-rata dari induk yang bagus, sebab selama ini Jenmanii induk yang punya karakter seperti Cobra, Sawi, Pagoda, Piton, Entong, Daun nangka dan sebagainya memiliki daun yang tebal. Kalaupun dewasannya nanti tidak memiliki karakter, maka jenmanii ini masih memiliki nilai ekonomis tinggi karena ketebalan daunnya. Kedua serat harus menonjol, bila daun tiga empat serat daun pada bibitan jenmanii sudah nampak maka semakin besar tanaman tadi akan makin jelas seratnya. Karena serat merupakan salah satu tanda Jenmanii berkualitas, maka meski daun tidak memiliki karekter jenmanii seperti ini juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Ketiga, pilih daun yang lebar, bibitan yang punya daun lebar kemungkinan besar nantinya saat dewasa memiliki karakter, entah jadi mangkuk, sweta atau lainnya. Tapi yang daun agak memanjang bukan berarti jelek, karena dalam jenmanii seringkali terjadi mutasi saat memasuki usia dewasa, maka bisa jadi Jenmani yang bentuk daunnya jelek berubah menjadi jenmanii yang berkarakter seperti jaipong, golok atau lainnya. Jenmani memang unik, kecil sampai memasuki remaja bagus, tapi menjelang dewasa kadang muncul gen aslinya bentuk daun malah berubah jadi jelek, begitu juga sebaliknya. Memang kemungkinan seperti itu jarang terjadi, tapi pernah terjadi. Karena itu perhatikan serat dan ketebalan, kalau serat bagus tebal oke, meski nantinya bentuk daunnya berubah, nggak masalah, kata dr.madiyanto yang selama ini dikenal suka mengoleksi Jenmanii cobra.