AddMe - Search Engine Optimization

25 Februari 2008

Aglaonema Impor Tiap Lembar Daun bisa Berharga Ratusan Ribu

Tak kalah menarik dengan tanaman anggrek yang kini sedang tren, aglaonema, tumbuhan berbintik variasi warna mampu mendobrak pasar tanaman hias. Tanaman lokal yang banyak dikembangkan di Thailand ini dijual dengan harga sampai puluhan juta rupiah. Makin langka jenisnya, harganya makin tinggi.


“Sri Rejeki” sapaan akrab aglaonema terdiri dari berbagai jenis, diantaranya, big mama, legancy, sweet heart, red aurora, red rury, red mascot, lady velentine, pride of Sumatera, donna carmen, dan masih banyak lagi jenis yang lainnya. Semua jenis sri rejeki ini memiliki harga jual tinggi. Namun bagi penggemar tanaman hias, bukan suatu masalah jika harus mengeruk uang hanya untuk membeli aglaonema. Tanaman ini kerap diletakkan di ruangan.
Ani, ibu yang hobi mengoleksi tanaman aglaonema menceritakan, “Ada daya tarik tersendiri dari aglaonema. Tanaman ini seperti memancarkan aura dan kharisma. Orang yang datang pun merasakan hal yang sama.” Karena bentuk dan warna cantiknya, tanaman ini lebih banyak disukai remaja putri dan ibu rumah tangga.
Panji Lasho mengakui hal itu. Sejak delapan bulan terakhir, penjualan aglaonema makin meningkat. “Sekarang tren berubah. Bahkan anggrek kalah saing. Tak hanya untuk tanaman hias dalam ruangan, tanaman ini juga digunakan sebagai hadiah ulang tahun,” ujar Panji Lasho, pengusaha tanaman di Buleleng.
Aglaonema bukanlah tanaman yang baru dikembangkannya. Sebelum menjadi tren, dua tahun lalu, Panji Lasho sudah tertarik dengan tanaman itu, dengan alasan bentuknya yang cocok untuk indoor dan tak mengenal musim. “Dulu banyak tanaman aglaonema, tapi belum dikembangkan. Bentuk dan warnanya masih sederhana. Saya budidayakan di kebun dan berusaha menyilangkan. Untuk mendapatkan hasil memang memerlukan waktu berbulan-bulan,” imbuhnya. Ketika itu, penjualan aglaonema lesu.
Setelah tren, ia pun banting setir, melakukan penelitian sampai pengembangan aglaonema walau tak membudidayakan sendiri. Untuk mencari aglaonema bernilai jual tinggi, Panji Lasho harus mendatangkan tanaman ini dari luar Bali, yaitu daerah Jawa Timur. Kemudian, tanaman itu diolah lagi di tempat pembibitan dan dikarantina. Rata-rata, dalam jangka waktu enam bulan, tanaman aglaonema siap dijual. Usaha Panji Lasho kini memang sudah mendatangkan hasil.

Aglaonema Lokal kurang Menarik

Jika dibandingkan dengan aglaonema lokal, yang berasal dari Bali kurang menarik pembeli. Selain bentuk dan warna yang monoton, hijau dan putih, harganya pun kurang menguntungkan. Untuk aglaonema lokal Bali, harga mulai dari Rp 5.000 per polybag. Sangat jauh berbeda dengan aglaonema luar, yang harganya jutaan rupiah. Tak hanya itu, harga jual aglaonema impor ada yang dihitung per lembar daunnya, tiap lembar daun berkisar puluhan sampai ratusan ribu rupiah. Tak aneh, tanaman ini menjadi tanaman kelas tinggi. Peminat di Buleleng kebanyakan dari kaum menengah ke atas. “Ada juga yang sekadar memiliki aglaonema, membeli yang lokal dan murah. Hanya ikut tren, agar tak terkesan ketinggalan,” tutur Panji Lasho.

Untuk masalah perawatan, Panji Lasho mengaku gampang-gampang susah. Agar bisnis tanamannya tetap awet, ia pun mengadakan penelitian. Baik pupuk, media yang digunakan dan perawatan sehari-hari. Jika udara terlalu dingin, daun aglaonema tak bisa mengilap. Begitu pun jika cuaca panas, aglaonema akan kerdil dan susah beranak. Tak hanya itu, warnanya pun berubah. “Hal ini yang perlu diperhatikan. Kita harus dapat membaca cuaca, sehigga tanaman ini tetap cantik,” tambah bapak tiga orang anak itu. Dibandingkan tahun lalu, bisnisnya sekarang lebih menjanjikan. Namun Panji Lasho yang hobi mengoleksi tanaman ini mengaku, untung bukanlah yang utama, tapi kepuasan yang dirasakannya. Ia berharap, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan makin ditingkatkan. “Ternyata banyak tumbuhan yang hidup di sekitar lingkungan kita yang bernilai jual tinggi. Kepedulian terhadap lingkungan perlu digalakkan,” tegas Panji Lasho, saat wartawati Tokoh menemuinya di tempat karantina aglaonema. –put

Tips Merawat Aglaonema

Para pemilik aglaonema tak perlu risau akan perawatan tanaman ini. Tak perlu takut tanaman yang Anda beli hingga jutaan rupiah itu akan mati. Bacalah tips perawatan aglaonema berikut ini.

  1. Untuk menjaga agar tanaman ini tetap segar, usahakan jangan menggunakan air yang mengandung kaporit untuk menyempot aglaonema. Lebih baik menggunakan air murni seperti air kemasan yang banyak dijual dan air sumur. Jika harus menggunakan air ledeng, diamkan air itu selama dua sampai empat hari, setelah itu gunakanlah untuk menyemprot aglaonema.
  2. Jika daun aglaonema Anda terlihat lebih kecil dari semula, periksa media tanam. Jika terasa keras dan padat, harus cepat diganti. Media yang keras dan padat, menyebabkan akar berimpit dan sulit berkembang. Akar yang semrawut dipangkas dan ditanam lagi pada pot yang lebih besar. Siram hingga air menetes dari pot, tanaman pun segar kembali.
  3. Daun aglaonema terlihat layu dan lemas, periksa akarnya. Bila akar lodoh (bola akar) berwarna coklat kehitaman, tandanya cendawan sudah bersarang. Buang akar yang bersarang, dan oleskan Benlate atau Dithane dibekas potongan hingga menutup permukaan. Tanam kembali aglaonema di pot dan media yang baru.
  4. Selain untuk penghias teras, aglaonema juga pas diletakkan di atas meja. Tentunya media yang digunakan nonpupuk kandang. Biasanya dapat digunakan arang sekam, cocopeat (serbuk sabut kelapa), pasir malang, kapur untuk menetralisir kadar ph, dan pupuk dekastar.
  5. Keindahan daunnya akan semakin terlihat segar jika pemilik mau menggosoknya dengan lotion maupun susu segar. – put/berbagai sumber

Tidak ada komentar: